Menelusuri Jejak Sang Pengukir Tua
MAKADISER MANSUFKIR BEPON SIWARA
Seni adalah salah satu keindahan yang memberikan kesejukan hati bagi yang melakukannya. Kehidupan seseorang pasti punya banyak makna kehidupan, terdorong dari semangat bawahan sejak lahir manusia di ciptakan untuk menikmati keindahan di sekitarnya. Ini membuatnya terdorong untuk meniru hasil karya sang Pencipta. Dimana Hak Paten itu seakan di ijinkan untuk di tiru manusia, namun manusia sendiri membuat Hak Paten bagi dirinya walaupun bukan penemu sejati.
Seberkas cahaya menelusuri setiap tetes embun, memberi warna baru yang tampak tak terbilang berjuta warna. Seni kini semakin marak dari sorot camera mata manusia yang selalu punya ide untuk melakukan hal baru, kreasi baru, warna baru, pola baru, matematika baru, fisika baru, dan budaya baru.
Perkembangan zaman membuat pencapaian seni terus berkembang, ide semakin berkurang dengan banyaknya permintaan kebutuhan seni. Upaya untuk terus menguji imajinasi terus tertantang, pikiran terus dibukakan, mata terus melihat, hati tak pernah berhenti untuk maju semua karna seni. Sentuhan akhir memberikan gambaran sekilas tentang adanya keinginan untuk terus berseni. Namun tengoklah sebelum engkau dan saya lahir, seberapa hebatkah kreasi lelur engkau dan saya? Ide apa saja yang ada dalam benak leluhur Sang Pengukir Tua?
Dan apakah anda salah satu dari sekian banyak seniman yang juga mengikuti jejak sang Pengukir Tua? Mari kita belajar sedikit tentang kehidupan mereka, pola mereka, seni mereka, bahasa khas seni dan ide mereka. Dengan pikiran terbuka kita mengambil manfaat dari mereka.
Seorang Sukan/Mansufkir. Ia memiliki keahlian mengukir karena ia telah berlatih cukup lama dan melalui proses latihan dari Mankareren profesional. Setelah proses yang cukup panjang ia diberi makan daun tukang (Wui Sukan/ Wui Esuf Kir Ma Wui Bewor). Daun keahlian seni ini adalah milik klen/marga tertentu, oleh sebab itu tidak boleh jatuh keluar klen/marga lain dan rahasianya tidak boleh diketahui orang lain dan ini sangat protective. Mereka percaya dan meyakini bahwa daun sukan itu diberikan oleh Karwar (Moyang). Rahasia daun sukan ini hanya boleh diturunkan pada salah satu anaknya dan begitu untuk seterusnya. Dan yang lebih diperhatikan adalah patuh pada pantangan-pantangan tertentu. Karena sekali lalai maka akan menjadi orang nakal atau jahat. Hal ini dalam bahasa Biak disebut “Npambari” artinya daun magis yang baik itu, membaliknya jadi orang nakal/jahat.
Namun, keahlian yang di miliki Pengukir (mansufkir) bukan semata-mata dari daun tersebut. Tapi, kemampuan dan ketrampilan tersebut didapatkan dari pelatihan yang berkesinambungan. Sehingga membuat pengukir terus mengasah ketrampilannya. Salah satu informan yang Penulis tanyakan M. H. Kurni (60 th), dia mengatakan bahwa salah satu tumbuhan atau daun (Wui) tersebut adalah “Manpenas Bur” atau yang kita kenal sebagai Tunas Pakis (Diplazium esculentum) daun tersebut di tumbuk dan di kasih makan Pengukir. Daun (Wui) tersebut adalah sejenis daun yang mengandung gisi tinggi. Misalnya “Tunas Pakis (Manpenas bur)” memiliki banyak kandungan nutrisi penting, namun Tunas pakis muda keriting hanya mengandung 34 kalori per 100 g. Meskipun demikian, pakis memiliki profil gizi yang berkualitas tinggi, seperti terdiri dari manfaat antioksidan, vitamin, serta senyawa penting lain yaitu omega-3 dan omega-6. Menurut penelitian, lemak yang paling dibutuhkan oleh otak adalah asam lemak omega-3. yang kemudian Otak akan mengubahnya menjadi DHA (docosahexaenoic acid), yang akan meningkatkan komunikasi saraf dan meningkatkan pertumbuhan saraf. Makanan dan nutrisi merupakan bahan bakar untuk tubuh kita. Mengapa demikian?, Sering mengkonsumsi nutrisi yang tepat akan menunjang kesehatan kita, penundaan proses penuaan, serta efisien untuk fungsi otak dan organ tubuh. Maka tidak heran kalau para pengukir tidak saja dilatih ketrampilan, tapi juga fungsi otak untuk tetap sehat. Hanya saja daun (Wui) tersebut di keramatkan, agar menjadi tembok pelindung agar tidak di ketahui oleh klen/marga lain.
KEHIDUPAN PENGUKIR TUA
Seorang Sukan/Mankareren. Ia memiliki keahlian mengukir karena ia telah berlatih cukup lama dan melalui proses latihan dari Mankareren profesional. Setelah proses yang cukup panjang ia diberi makan daun tukang (Wui Sukan/ Wui Esuf Kir Ma Wui Bewor). Daun keahlian seni ini adalah milik klen/marga tertentu, oleh sebab itu tidak boleh jatuh keluar klen/marga lain dan rahasianya tidak boleh diketahui orang lain dan ini sangat protective. Mereka percaya dan meyakini bahwa daun sukan itu diberikan oleh Karwar (Moyang). Rahasia daun sukan ini hanya boleh diturunkan pada salah satu anaknya dan begitu untuk seterusnya. Dan yang lebih diperhatikan adalah patuh pada pantangan-pantangan tertentu. Karena sekali lalai maka akan menjadi orang nakal atau jahat. Hal ini dalam bahasa Biak disebut “Npambari” artinya daun magis yang baik itu, membaliknya jadi orang nakal/jahat.
Namun, keahlian yang di miliki Pengukir (Mankareren) bukan semata-mata dari daun tersebut. Tapi skill/ketrampilan tersebut didapatkan dari pelatihan yang berkesinambungan. Sehingga membuat pengukir terus mengasah ketrampilannya. Salah satu informan yang penulis tanyakan Marcus Hajai Kurni (60 th), dia mengatakan bahwa salah satu tumbuhan atau daun (Wui) tersebut adalah “Manpenas Bur” atau yang kita kenal sebagai Tunas Pakis (Diplazium esculentum) daun tersebut di tumbuk dan di kasih makan Pengukir. Daun (wui) tersebut adalah sejenis daun yang mengandung gisi tinggi. Misalnya “Tunas Pakis (Manpenas bur)” memiliki banyak kandungan nutrisi penting, namun Tunas pakis muda keriting hanya mengandung 34 kalori per 100 g.ADANYA IDE UNTUK MENEMUKAN CORAK/MOTIF PADA FAS-FAS KARERIN
Ide berawal dari apa yang di lihat oleh mata dan keadaan alam sekitar yang memengaruhi maka timbulnya konsep seni rupa yaitu gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Maka pola/corak di ambil dengan mengamati ciptaan sekitar dengan berpatokan pada unsur-unsur khas alam. Tumbuhan, binatang, manusia, dan benda angkasa menjadi objek utama pengambilan sample motif pada bagian-bagian tertentu ke 4 wujud tersebut. Dan nantinya dari hal-hal ini di kembangkan menjadi seni abstrak yang menawan. Perhatikan gambar corak-corak/motif yang di lihat di alam :
Corak/Motif Snobuber - Mampenas: Corak Spiral pada tumbuhan kuncup Pakis (diplazium esculentum). Selain corak Snobuber ada juga “Corak Samfar” yang memiliki bulatan penuh (Oval).
Post a Comment