Monday, May 22, 2023

Perahu Wai Karambow Suku Biak








Rp. 300.000,-

Saturday, May 20, 2023

Plakat Ukiran Biak Motif Mambruk dan Afyak

mambruk
Plakat Burung Mambruk

 

PLAKAT motif ukiran Biak cirikhas burung Mambruk bisa menjadi daftar koleksi Anda untuk mempercantik dan memperindah tampilan rumah Anda. Selain plakat burung Mambruk ada juga plakat Afyak atau bantal kuno orang Biak di masa lalu. 

Semua produk ukiran khas Biak ini merupakan keterampilan para pengrajin ukiran di kampung Inofi dan kampung Bindusi (Manduser). 


plakat ukiran Biak
Plakat Afyak

Harga plakat burung Mambruk dan Afyak berkisar 350 ribu sampai 600 ribu rupiah. Jika, Anda berminat untuk memesan plat-plakat ini silahkan menghubungi konta dibawah ini. 

Thursday, May 11, 2023

Menelusuri Jejak Sang Pengukir Tua


Buku ukiran Biak

MAKADISER MANSUFKIR BEPON SIWARA

Seni adalah salah satu keindahan yang memberikan kesejukan hati bagi yang melakukannya. Kehidupan seseorang pasti punya banyak makna kehidupan, terdorong dari semangat bawahan sejak lahir manusia di ciptakan untuk menikmati keindahan di sekitarnya. Ini membuatnya terdorong untuk meniru hasil karya  sang Pencipta. Dimana Hak Paten itu seakan di ijinkan untuk di tiru manusia, namun manusia sendiri membuat  Hak Paten bagi dirinya walaupun bukan penemu sejati. 

Seberkas cahaya menelusuri setiap tetes embun, memberi warna baru yang tampak tak terbilang berjuta warna. Seni kini semakin marak dari sorot camera mata manusia yang selalu punya ide untuk melakukan hal baru, kreasi baru, warna baru, pola baru, matematika baru, fisika baru, dan budaya baru. 

Perkembangan zaman membuat pencapaian seni terus berkembang, ide semakin berkurang dengan banyaknya permintaan kebutuhan seni. Upaya untuk terus menguji imajinasi terus tertantang, pikiran terus dibukakan, mata terus melihat, hati tak pernah berhenti untuk maju semua karna seni. Sentuhan akhir memberikan gambaran sekilas tentang adanya keinginan untuk terus berseni. Namun tengoklah sebelum engkau dan saya lahir, seberapa hebatkah kreasi lelur engkau dan saya? Ide apa saja yang ada dalam benak leluhur Sang Pengukir Tua? 

Dan apakah anda salah satu dari sekian banyak seniman yang juga mengikuti jejak sang Pengukir Tua? Mari kita belajar sedikit tentang kehidupan mereka, pola mereka, seni mereka, bahasa khas seni dan ide mereka. Dengan pikiran terbuka kita mengambil manfaat dari mereka. 

Seorang Sukan/Mansufkir. Ia memiliki keahlian mengukir karena ia telah berlatih cukup lama dan melalui proses latihan dari Mankareren profesional. Setelah proses yang cukup panjang ia diberi makan daun tukang (Wui Sukan/ Wui Esuf Kir Ma Wui Bewor). Daun keahlian seni ini adalah milik klen/marga tertentu, oleh sebab itu tidak boleh jatuh keluar klen/marga lain dan rahasianya tidak boleh diketahui orang lain dan ini sangat protective. Mereka percaya dan meyakini bahwa daun sukan itu diberikan oleh Karwar (Moyang). Rahasia daun sukan ini hanya boleh diturunkan pada salah satu anaknya dan begitu untuk seterusnya. Dan yang lebih diperhatikan adalah patuh pada pantangan-pantangan tertentu. Karena sekali lalai maka akan menjadi orang nakal atau jahat. Hal ini dalam bahasa Biak disebut “Npambari” artinya daun magis yang baik itu, membaliknya jadi orang nakal/jahat.

Namun, keahlian yang di miliki Pengukir (mansufkir) bukan semata-mata dari daun tersebut. Tapi, kemampuan dan ketrampilan tersebut didapatkan dari pelatihan yang berkesinambungan. Sehingga membuat pengukir terus mengasah ketrampilannya. Salah satu informan yang Penulis tanyakan M. H. Kurni (60 th), dia mengatakan bahwa salah satu tumbuhan atau daun (Wui) tersebut  adalah “Manpenas Bur”  atau  yang kita kenal sebagai Tunas Pakis (Diplazium esculentum) daun tersebut di tumbuk dan di kasih makan Pengukir.  Daun (Wui) tersebut adalah sejenis daun  yang mengandung gisi tinggi. Misalnya “Tunas Pakis (Manpenas bur)” memiliki banyak kandungan nutrisi penting, namun Tunas pakis muda keriting hanya mengandung 34 kalori per 100 g. Meskipun demikian, pakis memiliki profil gizi yang berkualitas tinggi, seperti terdiri dari manfaat antioksidan, vitamin, serta senyawa penting lain yaitu omega-3 dan omega-6. Menurut penelitian, lemak yang paling dibutuhkan oleh otak adalah asam lemak omega-3. yang kemudian Otak akan mengubahnya menjadi DHA (docosahexaenoic acid), yang akan meningkatkan komunikasi saraf dan meningkatkan pertumbuhan saraf.  Makanan dan nutrisi merupakan bahan bakar untuk tubuh kita. Mengapa demikian?, Sering mengkonsumsi nutrisi yang tepat akan menunjang kesehatan kita, penundaan proses penuaan, serta efisien untuk fungsi otak dan organ tubuh. Maka tidak heran kalau para pengukir tidak saja dilatih ketrampilan, tapi juga fungsi otak untuk tetap sehat. Hanya saja daun (Wui) tersebut di keramatkan, agar menjadi tembok pelindung agar tidak di ketahui oleh  klen/marga lain. 

KEHIDUPAN PENGUKIR TUA 

Seorang Sukan/Mankareren. Ia memiliki keahlian mengukir karena ia telah berlatih cukup lama dan melalui proses latihan dari Mankareren profesional. Setelah proses yang cukup panjang ia diberi makan daun tukang (Wui Sukan/ Wui Esuf Kir Ma Wui Bewor). Daun keahlian seni ini adalah milik klen/marga tertentu, oleh sebab itu tidak boleh jatuh keluar klen/marga lain dan rahasianya tidak boleh diketahui orang lain dan ini sangat protective. Mereka percaya dan meyakini bahwa daun sukan itu diberikan oleh Karwar (Moyang). Rahasia daun sukan ini hanya boleh diturunkan pada salah satu anaknya dan begitu untuk seterusnya. Dan yang lebih diperhatikan adalah patuh pada pantangan-pantangan tertentu. Karena sekali lalai maka akan menjadi orang nakal atau jahat. Hal ini dalam bahasa Biak disebut “Npambari” artinya daun magis yang baik itu, membaliknya jadi orang nakal/jahat.

Motif Ukiran Biak
Namun, keahlian yang di miliki Pengukir (Mankareren) bukan semata-mata dari daun tersebut. Tapi skill/ketrampilan tersebut didapatkan dari pelatihan yang berkesinambungan. Sehingga membuat pengukir terus mengasah ketrampilannya. Salah satu informan yang penulis tanyakan Marcus Hajai Kurni (60 th), dia mengatakan bahwa salah satu tumbuhan atau daun (Wui) tersebut  adalah “Manpenas Bur”  atau  yang kita kenal sebagai Tunas Pakis (Diplazium esculentum) daun tersebut di tumbuk dan di kasih makan Pengukir.  Daun (wui) tersebut adalah sejenis daun  yang mengandung gisi tinggi. Misalnya “Tunas Pakis (Manpenas bur)” memiliki banyak kandungan nutrisi penting, namun Tunas pakis muda keriting hanya mengandung 34 kalori per 100 g. 

Meskipun demikian, pakis memiliki profil gizi yang berkualitas tinggi, seperti terdiri dari manfaat antioksidan, vitamin, serta senyawa penting lain yaitu omega-3 dan omega-6. Menurut penelitian, lemak yang paling dibutuhkan oleh otak adalah asam lemak omega-3. yang kemudian Otak akan mengubahnya menjadi DHA (docosahexaenoic acid), yang akan meningkatkan komunikasi saraf dan meningkatkan pertumbuhan saraf.  Makanan dan nutrisi merupakan bahan bakar untuk tubuh kita. Mengapa demikian?, Sering mengkonsumsi nutrisi yang tepat akan menunjang kesehatan kita, penundaan proses penuaan, serta efisien untuk fungsi otak dan organ tubuh. Maka tidak heran kalau para pengukir tidak saja dilatih ketrampilan, tapi juga fungsi otak untuk tetap sehat. Hanya saja daun (Wui) tersebut di keramatkan, agar menjadi tembok pelindung agar tidak di ketahui oleh  klen/marga lain.


Pematung/Pengukir di masa lampau, mempunyai peranan penting, mereka di bayar mahal untuk membuat sebuah patung untuk moyang mereka. Pembayaran berbentuk natura, yaitu pembayaran dengan piring porselin, gelang perak, (sarak), parang dan makanan dari hasil kebun. Pematung itu disegani dalam masyarakat karena pada umumnya memiliki keahlian, membuat ukiran-ukiran megah dan mengukir perahu-perahu besar. Jadi keahlian mematung dan mengukir merupakan mata pencaharian baginya. 

ADANYA IDE UNTUK MENEMUKAN CORAK/MOTIF  PADA FAS-FAS KARERIN


Ide berawal dari apa yang di lihat oleh mata dan keadaan alam sekitar yang memengaruhi maka timbulnya konsep seni rupa yaitu  gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap terang yang ditata dengan prinsip tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna. Maka pola/corak di ambil dengan mengamati ciptaan sekitar dengan berpatokan pada unsur-unsur khas alam. Tumbuhan, binatang, manusia, dan benda angkasa menjadi objek utama pengambilan sample motif pada bagian-bagian tertentu ke 4 wujud tersebut. Dan nantinya dari hal-hal ini di kembangkan menjadi seni abstrak yang menawan. Perhatikan gambar corak-corak/motif yang di lihat di alam : 

Motif Ukiran Biak

Corak/Motif Snobuber - Mampenas: Corak Spiral pada tumbuhan kuncup Pakis (diplazium esculentum). Selain corak Snobuber ada juga “Corak Samfar” yang memiliki bulatan penuh  (Oval).

Sunday, May 7, 2023

INOI SUFKIR: Pisau Ukir Suku Biak

pisau ukir
Pisau Pengukir, 1800-an

Salah satu alat yang memiliki fungsi dalam dunia seni ukir orang Biak adalah pisau ukir. Tampak pada gambar dan foto bahwa bentuk pisau ukir zaman dulu yang digunakan oleh pengukir-pengukir Byak (Biak, Supiori, Numfor) dan secara umum pengukir teluk Cenderawasih Saireri. Pisau ini memiliki bentuk khas yang hanya dimiliki oleh para pengukir tempo dulu. Umumnya disebut "INOI SUFKARKIR" atau "INOI BESUFKIR"


Inoisufkir tahun 1800-an. 

Bentuk pisau ukir ini juga digunakan oleh pengukir-pengukir Saireri lainnya. Ada yang terbuat dari batu, besi, tulang maupun benda-benda keras lainnya. Di masa kini para seniman ukir, tidak lagi menggunakan pisau tersebut. Banyak alat-alat kerja seperti pahat moderen, pisau, maupun alat lainnya yang kini dibeli dan digunakan dalam membuat ukiran.

Labels:

Seni Dekoratif Ornamen pada Tikar Biak

  

tikar suku biak
Tikar Motif teluk Cenderawasih

Pada bagian ini, kita akan belajar sedikit tentang jenis-jenis tikar yang sejak dulu digunakan oleh suku Biak Numfor. Kehidupan orang Biak-Numfor di masa lampau, sangat erat kaitannya dengan tikar. Tikar merupakan barang mewah yang hadir dalam kehidupan sosial dan adat istiadat orang Biak Numfor. Pada acara-acara adat atau pesta adat tikar merupakan bagian dari berbagai upacara adat dan keseharian orang Biak. 

Pada waktu sebuah acara pernikahan diselenggarakan, yakni pada hari pengingatan perkawinan pengantin wanita akan duduk di atas sebuah tikar khusus yang biasanya hanya digunakan untuk pesta perkawinan. Tikar khusus pada acara perkawinan di desain khusus dengan bentuk ornamen yang sangat modis dan cantik. 

Beitupula pada waktu proses pembungkusan atau mengemasi orang mati (mayat), orang Biak Numfor mengenalnya dengan istilah spanggun bemarya. "Sekarang orang menggunakan peti, dan sebelumnya apa yang dinamakan abai: kano atau batang pohon, tetapi pada zaman dahulu orang membungkus mayat itu dengan tikar. Untuk itu dipakai empat lapisan tikar. Yang paling dalam, yaitu yang langsung membungkus tubuh itu, terdiri atas selembar tikar pandan dari jenis yang terbaik, yang diberi hiasan-hiasan yang berseni. Tikar paling luar putih warnanya." (Kamma, 1981:297) 

Pada masa kini tradisi menggunakan tikar pada waktu seseorang meninggal masih bisa dijumpai, meski kebanyakan orang sudah menggunakan tikar buatan moderen. Selain itu, pada apa yang disebut wor mon, sebuah upacara yang dilakukan sang dukun untuk menyembuhkan orang dari penyakit akan menggunakan sebuah tikar dalam pengobatannya. Kini, sudah tidak ada lagi prosesi menggunakan tikar dalam pengobatan seperti yang dilakukan oleh seorang mon. 

Seni anyaman dan motif-motif atau pola pada tikar suku Biak juga sangat manawan dengan berbagai nuansa corak yang berselimuti dengan motif-motif ukiran. Ada beragam pola hias di dalam anyaman tikar suku Biak. Dalam bahasa Biak, tikar disebut "yar", menurut beberapa orang tikar suku Biak itu ada banyak jenisnya sesuai pola atau motif pada tikar. 

Beberapa jenis-jenis tikar suku Biak yang terdokumentasi dalam catatan Belanda yaitu: 

1. Yar Befeyek 

2. Yar Besam 

3. Yar Besuser 

4. Yar Beyaur 

5. Yar Bukyere 

6. Yar Buraka 

7. Yar Ikawan 

8. Yar Inamber 

9. Yar Ingganan 

10. Yar Insanmon 

11. Yar Intobaya 

12. Yar Inumpaiyer 

13. Yar Inworuk 

14. Yar Kafurun 

15. Yar Kamon 

16. Yar Kewis 

17. Yar Krodon 

18. Yar Maf Sobersia

19. Yar Maf 

20. Yar Masirew

Dari dua puluh jenis bentuk dan nama-nama tikar diatas, masih ada beberapa jenis-jenis yang hilang atau tidak terdokumentasikan. Sayangnya, tidak ada info dari setiap jenis-jenis tikar diatas tentang bentuk dan fungsi-fungsinya. Yar atau Tikar pada masa lalu menjadi barang dagangan yang diminati banyak orang, khususnya pada wilayah teluk Cenderawasih. Karena desain motif yang indah dan elegan, serta memiliki nilai filosofi dan adat sehingga membuat tikar menjadi barang mahal dan sangat disenangi. 

Tradisi pembuatan tikar ini telah pudar bersama jenis-jenis berserta motif-motifnya. Kini, sudah tidak ditemukan lagi cara pembuatan motif desain seperti pada masa-masa lalu. Rata-rata pembuatan tikar masa kini tidak lagi memiliki motif-motif  berornamen. Berbagai jenis dan bentuk tikar suku Biak yang dahulu dikembangkan oleh leluhur suku Biak, kini tinggal nama.  

Ya, tikar merupakan suatu barang antik dan sangat bernilai di masa lalu. Manfaat tikar bukan saja sebagai sebuah benda budaya. Tap, telah menunjang keberlangsungan hidup manusia Biak dalam berbagai kegiatannya sehari-hari. Pembuatan yar hingga kini masih ada meskipun tidak seindah karya leluhur. 

Kalau Anda datang ke kampung-kampung di Biak, Numfor, Raja Ampat dan tempat di mana terdapat persebaran orang-orang Biak berada. Anda masih akan menemukan pembuatan tikar tradisional.

Labels:

Tuesday, May 2, 2023

MANO MANSUFKIR

Makadisero Kamara sup arasai

Sup Bena manpon Kamasan Sup Byaki Sup Pyori Sup benana. 

Aryo Mansufkiro Mano man bekir befamanggoro sup ine, man beyarwareko Kamara befanin sarisa. 

Kareren beadai kakyar bemananis fawawi bekain fyoro. Darkepen dumepen yaryer samfar inabobo. Yaryer inkarndino befamanggor Mansufkir Kamasan Sup Byaki.



Tuesday, April 18, 2023

Seni Dekoratif Manuskrip Worms Mahzor orang Yahudi Abad ke 13 Mirip Ukiran Biak

 

ukiran Dekoratif orang Yahudi
Manuskrip Woms Mahzor, 1272

MANUSKRIP Worms Mahzor merupakan salah satu buku kuno berbahasa Ibrani (Yiddish) yang ditulis pada tahun 1272 Masehi. Manuskrip atua buku tersebut menarik perhatian dalam dunia seni ukiran Biak, dan secara luas seni teluk Cenderawasih, Papua.  Buku itu disebut buku doa orang Yahudi. Tipografer Yahudi abad 13 patut diangkat jempol. Keahlian dalam menata tata letak layout manuskrip sungguh hebat.  

Manuskrip ini sering digunakan oleh komunitas Yahudi selama berabad-abad di Sinagoga Agung Mahzor. Terdapat dua jilid manuskrip, jilid yang pertama ditulis oleh Simcha Ben Yehuda dan oleh penulis lain di jilid kedua. Ilustrasi gambarnya maupun teks pada manuskrip diyakini berasal dari wilayah Wurzburg (Würzburg).  Kota Wurzburg adalah satu wilayah di Jerman yang mana terdapat komunitas diaspora orang Yahudi.  Konon migrasi orang Yahudi ke Jerman, Eropa setidaknya pada 321 M hingga 1000-1299 M. Dan, selama abad pertengahan orang Yahudi menempati beberapa kota di Jerman, salah satunya kota Worms, tempat manuskrip Worm Mahzor ditemukan.     

Ukiran Yahudi
Ukiran Woms Mahzor, 1272

Buku Kuno ini meninggalkan jejak-jejak seni dekoratif yang menawan. Ilustrasi dan hiasanya digambar menggunakan tinta warna-warni. Tampak pada gambar ada ilustrasi manusia, binatang, gerbang yang dihiasai seni dekoratif Ashkenzic.  Seni dekoratif dengan bentuk geometris dan kerawang menghiasai ilustrasi-ilustrasi manuskrip abad-12 dan abad ke-13. Orang-orang Yahudi di Eropa mereka memiliki keahlian dalam pembuatan ornamen tekstil. Seni-seni dekoratif orang Yahudi ini berkembang di Eropa.   




Ukiran Yahudi
Ukiran Woms Mahzor, 1272
Apa hubungannya dengan seni dekoratif Biak? Ada kesamaan seni yang begitu mencolok sebab seni dekoratif orang Yahudi Eropa  ini memiliki bentuk, ornamen, gaya, dan truktur yang sangat mirip dengan ukiran Biak. Misalnya, seperti tampak pada gambar-gambar tersebut. Orang Biak mengenal bentuk seni dekoratif seperti ini dalam bahasa Biak, disebut Fasfas Kabrai (ukiran tali). Seniman Senior, Budayawan, dan Pemerhati Budaya Seni Biak Numfor, Bapak Jeremy Dawan mengungkapkan bahwa motif tersebut "bukan mirip tetapi  itu motif Biak yang selama ini menjadi dasar motif Biak. Saya lihat ada motif Inasar, motif Airam, motif maupun garis fasfas gaya primitifnya menonjol".


Orang Biak bukan saja mengenal dunia astronomi dan pelayaran, namun sejak lampau mereka telah memahami pengetahuan tentang seni rupa ukiran tradisional Biak. Kehidupan dan kebudayaan orang Biak sejak lampau sangat menyatu dengan tradisi dunia seni. Kehidupan, perjuangan dan kematian itu digambarkan dengan mencolok dalam bentuk-bentuk seni spiritual ornamen Biak. “Setiap orang Papua memiliki rasa artistik tertentu, dan semua terbiasa menerapkannya.” Tulis Van der Sande,  seorang penulis kawakan Belanda. 

motif Biak
Motif-motif Biak, 1800-an (sumber J. A. Loeber)


Kehebatan para seniman Papua ini juga diakui oleh seorang Seniman dan Novelis ternama di Dunia abad ke-19, Tuan Hume Nisbett (1849-1923). Ia mengatakan, "Orang Papua terlahir sebagai seniman. Dia suka mendekorasi dirinya sendiri dan semua yang dia miliki tentang dia, dan memiliki naluri antik sejati untuk garis.. Ketika seseorang melihat karya bambu digambarkan di sini, dapatkah dia mengulangi dalam bahasa Belanda apa yang dikatakan dalam bahasa asing?" 

Labels: