Seni Dekoratif Manuskrip Worms Mahzor orang Yahudi Abad ke 13 Mirip Ukiran Biak

 

ukiran Dekoratif orang Yahudi
Manuskrip Woms Mahzor, 1272

MANUSKRIP Worms Mahzor merupakan salah satu buku kuno berbahasa Ibrani (Yiddish) yang ditulis pada tahun 1272 Masehi. Manuskrip atua buku tersebut menarik perhatian dalam dunia seni ukiran Biak, dan secara luas seni teluk Cenderawasih, Papua.  Buku itu disebut buku doa orang Yahudi. Tipografer Yahudi abad 13 patut diangkat jempol. Keahlian dalam menata tata letak layout manuskrip sungguh hebat.  

Manuskrip ini sering digunakan oleh komunitas Yahudi selama berabad-abad di Sinagoga Agung Mahzor. Terdapat dua jilid manuskrip, jilid yang pertama ditulis oleh Simcha Ben Yehuda dan oleh penulis lain di jilid kedua. Ilustrasi gambarnya maupun teks pada manuskrip diyakini berasal dari wilayah Wurzburg (Würzburg).  Kota Wurzburg adalah satu wilayah di Jerman yang mana terdapat komunitas diaspora orang Yahudi.  Konon migrasi orang Yahudi ke Jerman, Eropa setidaknya pada 321 M hingga 1000-1299 M. Dan, selama abad pertengahan orang Yahudi menempati beberapa kota di Jerman, salah satunya kota Worms, tempat manuskrip Worm Mahzor ditemukan.     

Ukiran Yahudi
Ukiran Woms Mahzor, 1272

Buku Kuno ini meninggalkan jejak-jejak seni dekoratif yang menawan. Ilustrasi dan hiasanya digambar menggunakan tinta warna-warni. Tampak pada gambar ada ilustrasi manusia, binatang, gerbang yang dihiasai seni dekoratif Ashkenzic.  Seni dekoratif dengan bentuk geometris dan kerawang menghiasai ilustrasi-ilustrasi manuskrip abad-12 dan abad ke-13. Orang-orang Yahudi di Eropa mereka memiliki keahlian dalam pembuatan ornamen tekstil. Seni-seni dekoratif orang Yahudi ini berkembang di Eropa.   




Ukiran Yahudi
Ukiran Woms Mahzor, 1272
Apa hubungannya dengan seni dekoratif Biak? Ada kesamaan seni yang begitu mencolok sebab seni dekoratif orang Yahudi Eropa  ini memiliki bentuk, ornamen, gaya, dan truktur yang sangat mirip dengan ukiran Biak. Misalnya, seperti tampak pada gambar-gambar tersebut. Orang Biak mengenal bentuk seni dekoratif seperti ini dalam bahasa Biak, disebut Fasfas Kabrai (ukiran tali). Seniman Senior, Budayawan, dan Pemerhati Budaya Seni Biak Numfor, Bapak Jeremy Dawan mengungkapkan bahwa motif tersebut "bukan mirip tetapi  itu motif Biak yang selama ini menjadi dasar motif Biak. Saya lihat ada motif Inasar, motif Airam, motif maupun garis fasfas gaya primitifnya menonjol".


Orang Biak bukan saja mengenal dunia astronomi dan pelayaran, namun sejak lampau mereka telah memahami pengetahuan tentang seni rupa ukiran tradisional Biak. Kehidupan dan kebudayaan orang Biak sejak lampau sangat menyatu dengan tradisi dunia seni. Kehidupan, perjuangan dan kematian itu digambarkan dengan mencolok dalam bentuk-bentuk seni spiritual ornamen Biak. “Setiap orang Papua memiliki rasa artistik tertentu, dan semua terbiasa menerapkannya.” Tulis Van der Sande,  seorang penulis kawakan Belanda. 

motif Biak
Motif-motif Biak, 1800-an (sumber J. A. Loeber)


Kehebatan para seniman Papua ini juga diakui oleh seorang Seniman dan Novelis ternama di Dunia abad ke-19, Tuan Hume Nisbett (1849-1923). Ia mengatakan, "Orang Papua terlahir sebagai seniman. Dia suka mendekorasi dirinya sendiri dan semua yang dia miliki tentang dia, dan memiliki naluri antik sejati untuk garis.. Ketika seseorang melihat karya bambu digambarkan di sini, dapatkah dia mengulangi dalam bahasa Belanda apa yang dikatakan dalam bahasa asing?" 

Post a Comment